Langsung ke konten utama

Cerita Awal menjadi Penulis

 Menulis adalah kegemaranku sejak duduk di bangku sekolah, lebih tepatnya sejak duduk di bangku sekolah menengah. Sebenarnya ada banyak tujuan orang ketika ia memutuskan untuk menjadi seorang penulis, termasuk saya. Kalau ditanya mengapa saya gemar menulis hingga akhirnya mencoba fokus dalam dunia kepenulisan sebenarnya ada beberapa alasan: menulis membuatku bisa menjadi perancang dalam setiap hal yang terjadi dalam tulisanku, menulis secara tidak langsung menjadi self-healing bagiku, dan menulis memudahkan saya berkomunikasi dengan orang lain. Iya, pada dasarnya saya bukan orang yang pandai berbicara, saya lebih cenderung gemar mengutarakan sesuatu melalui tulisan ketimbang menggunakan lisan (saya rasa beberapa orang yang pernah dekat denganku mengetahui itu). Mungkin itu juga alasan mengapa saya lebih nyaman menulis konten di blog daripada membuat konten di depan kamera.


Oke, itu sedikit pengantar tentang saya dan dunia kepenulisan yang saya gemari. Pada tahun 2016 akhir, Tuhan mempertemukanku pada seseorang yang membuka pikiranku tentang dunia kepenulisan buku. saya yang awalnya hanya gemar menulis cerpen, puisi, sajak dan tulisan pendek di belakang kertas ujian berubah menjadi seseorang yang bermimpi mempunyai karya pada rak buku di Gramedia (satu-satunya toko buku besar nasional di daerahku). Semangat itu yang membuatku berkali-kali mengikuti lomba menulis online yang diadakan oleh komunitas, penerbit indie, lembaga dan apapun yang sebenarnya tidak saya ketahui pada saat itu. Hasilnya? Ya, nyaris semua karya yang saya kirimkan lulus termuat dalam buku antologi (bahkan hingga kini saya tidak tahu berapa jumlah buku antologi yang sudah saya buat karena hampir separuh sertifikat digital yang saya miliki terhapus pada 2018).


Pada 2017 setelah ujian nasional saya tertantang menerbitkan buku, saat itu saya menemukan postingan salah satu penerbit indie yang bisa menerbitkan karya secara gratis dan tanpa seleksi (namun wajib mencetak sekitar 50 unit buku),. Syaratnya waktu itu bukunya harus siap diterbitkan. Waktu itu jujur saja saya nekat melsayakan layout dan desain cover sendiri, dengan harapan ya hasilnya murni hasil karya ku nyaris 100% karena untuk proses editing saya minta tolong sama sahabatku untuk mengerjakannya. Alasannya ada dua, pertama saya ingin dia ikut berkontribusi dalam buku pertama saya sehingga jadi kenangan bagi perjalanan kepenulisan ku dan yang kedua saya masih suka typo dan lepas dari EYD kalau menulis.


Jeng-Jeng, buku karya pertama (siluet pada cover adalah manusia asli, terima kasih kawanku yang bersedia bergaya untuk cover ini):




Setelah buku pertama terbit, saya jadi candu untuk menerbitkan buku. Sehingga, selang tiga bulan dari penerbitan buku pertama saya menerbitkan buku kedua. Kali ini saya harus merogoh kocek cukup dalam (at least bagi saya yang saat itu lulusan SMA dan belum masuk perkuliahan) dan sampai saat ini bukti terbit tak kunjung sampai pada saya :(

Ini penampakan bukunya :




Bulan September 2017 saya masuk menjadi mahasiswa, jangan tanya apa jurusanku saat itu karena saya mengambil fakultas hukum sebagai tempat menimba ilmu di perguruan tinggi. Untuk alasannya mungkin akan saya jelaskan di postingan selanjutnya.


Ketika baru masuk ke dunia perkuliahan, perubahan sistem secara tidak langsung cukup menurunkan kinerja saya dalam menulis, saya hanya menulis ringan pada blog pertama saya (yang kini sudah entah kemana dan bagaimana mengembalikannya juga saya kurang tahu), menulis untuk beberapa lomba ringan dan kembali aktif menulis di belakang kertas selebaran. Draft buku yang seharusnya diselesaikan pada awal 2018 juga keteteran hingga ada file yang hilang karena terhapus.


Juli 2018, saat itu libur perkuliahan cukup panjang (sekitar 4 bulan kalau tidak salah), saya mulai tertarik pada kepenulisan opini dan artikel edukasi. Saat itu padahal saya baru saja kehilangan blog karena lupa password dan file di laptop hilang karena laptopnya bermasalah, rasanya menyebalkan sekali. saya masih ingat, hari itu saya lihat poster dari Kominfo (Kementerian Komunikasi dan Informatika) bahwa ada seleksi untuk mengikuti Writingthone Asian Games (WAG), karena kebetulan pada bulan Agustus dijadwalkan opening ceremony Asian Games 2018 di Jakarta. Awalnya saya menulis saja, karena dirasa tidak mungkin lolos mengingat saya hanya orang awam yang suka menulis (bukan blogger professional, bukan juga mahasiswa jurusan sastra). Menulis tanpa berharap itu juga yang membuatku tidak menyangka ketika ada email masuk yang mengatakan saya lolos menjadi peserta WAG. Cerita lengkap mengenai pengalaman WAG akan ditulis di postingan terpisah.

Sedikit cuplikkan keseruan WAG :



Berangkat dari ajang tersebut saya menjadi sangat tertarik dengan dunia kepenulisan opini, khususnya lomba blog dan lomba artikel. Tidak dapat dipungkiri salah satu alasan yang menyemangatiku adalah rasa ‘haus’ untuk berpergian ke luar kota secara gratis (akan dijelaskan di postingan mengenai WAG). Ya, sebagai mahasiswa saya juga punya pengeluaran pribadi tentunya. Selain itu, saya juga mulai memberanikan diri menjual tulisan saya pada beberapa media swasta yang syukurnya bisa menambah saldo kuota bulanan saya. Puji Syukurnya adalah sejak mengikuti WAG hingga tahun 2019, saya sudah beberapa kali diundang keluar kota berbekal tulisan saya.


Ada hal yang unik menurut saya dimana pada akhir 2019 (sebelum pandemi covid-19 menyerang dunia), ketika ditanya oleh seorang sahabat saya mengenai apa yang akan saya lakukan di tahun 2020 saya hanya menjawab ‘enggak deh, aku mau di Banjarmasin aja menyelesaikan skripsi’. Sebenarnya terasa biasa saja, namun bagi saya ada yang aneh karena seharusnya saya bergumul dengan skripsi itu diakhir 2020 dan entah mengapa saya merasa bahwa tahun ini akan berada dirumah saja sampai saya mendekorasi ulang ruangan saya. Setelah sekarang saya tahu ada pandemi di dunia, dan itu membuat saya berpikir apakah kemarin adalah pertanda kalau betul saya akan berada dirumah saja selama tahun 2020? Ha Ha Ha Ha…


Menurut saya menjadi penulis adalah panggilan jiwa, dimana semua orang bisa menulis namun tidak semua orang bisa menjadi seorang penulis. Teruntuk kawan-kawanku yang berkeinginan menjadi penulis, saya doakan agar sukses dan dapat menginspirasi masyarakat Indonesia.


Mungkin itu yang bisa saya bagikan, terima kasih sudah mampir di blog saya :)


Salam,

Nagawati Limantara, C.MAI., C.MMI., C.FH., C.STMI*., C.PS*.

Certified Master of Author Indonesia

Certified Master of Motivator Indonesia

Certified Fundamental Hypnosis

Certified Sekolah Trainer dan Motivator Indonesia*

Certified Public Speaking*


(*) dalam proses